loading...
Sebuah SPBU di jalan Pahlawan, Rempoa, Ciputat, Jakarta Selatan diketahui melakukan kecurangan dalam menjual BBM. Kecurangan tersebut menggunakan remote control yang merupakan modus terbaru. Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran mengatakan cara lama tidak menggunakan remote dan meteran justru yang diakali.
Semakin banyak bensin yang dibeli, kecurangan semakin tinggi.
Seperti dikutip tempo.co, Kasubdit Sumdaling Dirkrimsus Polda Metro Jaya AKBP Adi Vivid menjelaskan kalau pengelola SPBU yang mengurangi takaran dengan menggunakan alat digital regulator stabilizer yang digerakkan dari jarak jauh. Petugas metrologi mengisi BBM ke bejana ukur resmi hasil pembelian petugas kepolisian yang menyamar sebagai konsumen biasa.
Metrologi sendiri memiliki bejana ukur resmi yang menghasilkan temuan hasil pengukuran yang tidak sesuia jumlahnya dari sebagaimana mestinya. Adi menjelaskan semakin banyak bensin yang dibeli, maka kecurangan semakin gencar dilakukan. Misalnya pembelian di atas 50 liter.
Hasil tersebut pun akhirnya membuat kepolisian langsung memeriksa lokasi SPBU tersebut, Senin (6/6). Hasil temuan lainnya adalah jumlah isi volume BBM dilakukan pada tiga unit mesin dispenser BBM dengan 10nozzle. Namun, ada tiga nozzle yang rusak, hanya tujuh yang berfungsi. Kerusakan tersebut pun yang membuat remote bisa bekerja jarak jauh.
YLKI inginkan pertamina bertindak tegas.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta PT Pertamina (Persero) memperketat pengawasan lapangan. YLKI merasa bahwa konsumen (masyarakat) dilanggar haknya setelah kecurangan tersebut. YLKI juga menyarankan adanya uji petik alias pengambilan sampel secara statistik.
Kemudian Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan sanksi tegas berupa pemutusan kontrak kemitraannya dan melakukan black list terhadap SPBU dan pengelola yang curang. Selain itu, Tulus juga mengatakan kalau polisi harus konsisten dalam menegakkan hukum. Kecurangan ini, menurut Tulus biasanya hanya ditindak hingga penggerebekan dan tidak pernah sampai pengadilan.
Pertamina tak pernah tanggap dengan keluhan.
Tulus mengatakan kalau berdasarkan pantauan Badan Pengatur Hilir Migas informasi kecurangan beberapa SPBU di Indonesia sudah sering dilaporkan ke Pertamina. Informasi ini sudah terus disampaikan sejak Maret 2016, tapi tidak pernah ditindak lanjuti oleh Pertamina. Tujuan Tulus adalah adanya uji petik bersama Direktorat Metrologi dan Kementerian Perdagangan bersama Pertamina.
Temuan lainnya adalah adanya seratus SPBU di Sumatera yang melakukan berbagai kecurangan sejak Februari 2016.
sumber : idntimes.com