loading...
Keputusan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel mengecam reaksi dari berbagai pihak. Beberapa negara mengutuk keputusan Trump tersebut yang dinilai menyudutkan beberapa negara muslim. Tak hanya ditentang banyak negara, beberapa kelompok militan seperti al-Qaeda, Taliban, Hamas dan Hizbullah menyatakan akan melakukan perlawanan.
Berbeda dengan kelompok militan lain, ISIS justru memilih diam tanpa melakukan apa-apa. Media propaganda yang dilakukan ISIS terbilang terlambat dibandingkan dengan organisasi lain yang sudah bereaksi sejak Trump menyatakan pendapatnya.
ISIS justru menyorot militan islam lain yang dianggap memiliki kepentingan sendiri dalam menyikapi konflik.
“ISIS mengambil tusukan pada pesaing dan menuduh kelompok-kelompok Islam lain mempolitisir kepentingan Palestina sesuai dengan agenda mereka sendiri. Mengapa?,” ujar Raphael Gluck, pakar independen, seperti dikutip New York Times, Sabtu (9/10).
Dalam Naba, bentuk propaganda ISIS yang telah dianalisis SITE Intelligence Group (SIG), organisasi ini mengungkit sejarah Yerusalem yang selama 60 tahun berada dalam kekuasaan Yahudi, namun kaum militan tidak berbuat apa-apa. Sedangkan pada saat Yerusalem dibicarakan oleh Amerika, justru, banyak kalangan yang menyerukan pendapat.
”Enam puluh tahun dan Yerusalem telah berada di tangan orang-orang Yahudi, dan baru sekarang orang-orang menangis saat Tentara Salib mengumumkan hari ini sebagai ibu kota mereka,” tulis ISIS.
Bagi ISIS bukan Amerika yang mestinya dilawan, melainkan justru negara-negara Arab yang dekat dengan pihak Israel. ISIS mengistilahkannya sebagai 'melindungi orang-orang Yahudi dari serangan para mujahidin'.
Sementara itu, Al-Qaeda menyatakan bahwa keputusan Trump tentang Yerusalem adalah sebuah agresi melawan Islam. Kelompok ini telah menyatakan perang sebagai bentuk balas dendam.
”Orang-orang Yahudi tidak memiliki hak atas sebiji pasir di Palestina dan Yerusalem,” kata mereka dalam propaganda yang disaksikan SIG.
sumber : sumber.com