loading...
Jangan pernah melihat orang dari luarnya saja.
Kasih dari orangtua itu memang tiada batasnya. Nggak peduli apapun keadaan mereka, mereka akan selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya, sama seperti orangtua yang diceritakan di kisah kali ini...
Tepat 3 tahun yang lalu, aku bertemu dengan istriku yang sekarang. Kulitnya yang putih, rambutnya yang panjang, bibirnya yang merah segar, dan matanya yang indah selalu mempesonaku bahkan sampai hari ini. Kita saling mencintai, tapi bukan berarti kisah cinta kita selalu mulus. Keluarga papa dan mamanya sangat kaya.
Mereka tinggal di kompleks yang baik, punya rumah yang mewah, pekerjaan yang stabil, dan tentunya tabungan yang menggunung. Aku sendiri, aku hanya seorang anak laki-laki kecil kebanggaan orangtuaku di kampung. Aku bisa kuliah karena kerja keras papa dan mamaku yang nggak kenal lelah. Aku nggak akan pernah bisa menyaingi keluarga istriku, tapi aku cinta dia.
Saat pertama kali aku mengajaknya ke rumah (saat kami pacaran dulu) aku ingat jelas ekspresi dan perasaannya saat itu. Dia tidak mau masuk dan berkata dengan pelan, "Ming, kok rumahmu bau sesuatu gitu sih?" Ibuku adalah seorang pemulung. Barang-barang yang ada di rumah sebagian besar adalah hasil kerja keras mama.
Aku ingat waktu pertama kali mama menyodorkan minum ke istriku, istriku hanya menyentuh gelas yang disodorkannya sekali setelah melihat gelas itu sempat dipegang oleh tangan mamaku yang hitam dan kotor. Hari itu, istriku langsung memintaku mengantarnya pulang setelah dia selesai ngobrol dengan mama. Mama sempat meminta kami untuk tinggal beberapa hari, tapi istriku memilih untuk tidak. Waktu dijalan, aku ingat dia sempat bertanya, "Katanya mamamu jualan? Kok banyak barang-barang ga jelas gitu sih? Kalau aku nikah sama kamu ntar aku tinggal di tengah-tengah sampah dong? Kamu nggak mau beli rumah yang bagusan? Kalau nggak beli kayaknya aku gamau nikah deh..."
Semua ini terus berlangsung sampai akhirnya orangtua dari istriku menawarkan sebuah rumah selama aku mau tinggal bersama dengan mereka. Mendengar hal ini, papaku tidak setuju. "Ming, orang itu mau nikah sama kamu, berarti mau untuk tinggal sama keluarga cowok. Kalau harus begini papa ga setuju kamu nikah sama dia!"
Pernikahan kami pun terus tertunda dan tahun lalu, tiba-tiba papaku mengalami kecelakaan di tempat kerjanya dan meninggal. Karena kejadian ini, mamaku pun mulai tidak setuju dengan pernikahan aku dan istriku saat itu. Tapi istriku dan aku tetap bersikeras, dan kami memutuskan untuk terlebih dulu menyetujui permintaan dari orangtua istriku. Melihat perjuangan kami, ibuku pun setuju. Saat hampir sampai tanggal resepsi, istriku sempat berkata, "Kamu bantu ingatin mamamu untuk pakai pakaian yang cantik dan jaga penampilan ya. Jangan mempermalukan orangtuaku..."
Akhirnya setelah sekian lama kami mengatur acara resepsi yang akhirnya dibiayai oleh orangtua dari istriku, tibalah hari resepsi pernikahan kami. Saat resepsi kami hampir dimulai, istriku kaget karena mamaku memakai baju yang sudah cukup tua dan berpenampilan biasa-biasa saja. Usianya yang baru 48 tahun tapi sudah berambut putih beserta dengan pakaian yang agak lusuh membuat mamaku terlihat sangat tua.
Di tempat kami, kami memiliki kebiasaan dimana saat 2 orang pasangan menikah, orangtua dari kedua pihak memberikan sejumlah uang kepada kedua mempelai sebagai ucapan selamat bahagia. Saat kami menerima amplop dari orangtua istriku, kami menerima amplop yang cukup tebal, sementara mamaku hanya memberikan sebuah amplop tipis yang isinya juga tidak kami ketahui. Istriku yang melihat hal ini tidak berkata apapun, bahkan ucapan terima kasih pun tidak diucapkannya pada mamaku. Dia benci kepada mamaku karena keadaan keluarga kami dan dia merasa kalau mamaku tidak menghargai pernikahan kami.
Akhirnya tibalah saat dimana orangtua dari kedua belah pihak memberikan sedikit kata-kata berkat bagi kami. Saat mamaku naik ke atas panggung dan berbicara, istriku berusaha untuk tidak mendengarkan. Dia bahkan membuang muka dan tidak mau melihat mamaku. Mamaku kemudian berkata, "Anakku dan menantuku, aku sayang kalian. Aku nggak tahu mau kasih kado apa untuk pernikahan kalian. Aku juga nggak tahu aku harus kasih uang berapa biar layak." Katanya polos dengan logat kampung yang selalu kukenal. "Aku nggak tahu apakah ini layak, tapi aku mau membelikan mobil baru buat kalian. Mobilnya ada di tempat parkir dibawah. Aku minta adik dari almarhum suamiku untuk menyetirnya kesini karena aku juga nggak bisa nyetir. Semoga pernikahan kalian bahagia ya. Sering-seringlah pulang ke rumah lihat saya..." Saat itu, mama langsung jadi pusat perhatian semua orang.
Malam setelah pesta, mamaku bersikeras untuk pulang ke rumah naik kereta api, masih sibuk katanya. Aku pun dengan berat hati melepas kepulangan mama. Saat aku dan istriku pulang ke rumah, kami membuka dulu amplop hadiah dari orangtua istriku. Isinya ada sekitar 10 juta rupiah. Istriku terlihat sangat senang. Waktu kami mau membuka amplop dari mamaku, istriku sempat mencela, "Paling isinya cuma 300 ribu." Saat kami buka, kami kaget karena isinya bukan uang, melainkan tabungan yang diwariskan untukku, dari tulisan yang ada di dalamnya, aku tahu kalau itu hasil kerja keras ayahku, isinya ada sekitar 700 juta rupiah. Saat itu aku menangis, istriku juga ikut menangis, "Maaf ya... Aku sudah meremehkan keluarga kalian hanya karena aku melihat mamamu bekerja sebagai pemulung... Aku benar-benar minta maaf. Besok kita pulang ke rumah mamamu ya? Aku janji mau belajar untuk melihat orang nggak hanya dari luarnya aja."
Kasih orangtua memang tiada batasnya. Setiap orangtua pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sobat Cerpen, kalau papa dan mamamu masih ada di sampingmu, bersyukurlah dan banyak-banyaklah temani mereka ya.
(Sumber:http://www.cerpen.co.id)