loading...
Reportaseterkini.net - Kemiskinan tidak kendurkan niat firna larasati, 22 tahun, menyongsong masa depan. bahkan dia mampu mengukir prestasi hebat. anak pasangan pemulung dan tukang cuci di semarang ini lulus sebagai sarjana ilmu politik di universitas negeri semarang (unnes) dgn ipk 3,77. kuliah dituntaskan dalam waktu tiga tahun 10 bulan.
.
"tekadnya sangat kuat. kami selalu katakan ke firna agar tdk malu hidup pas-pasan, karena banyak atau sedikit rejeki yang kita terima semuanya dari Allah," kata siti suswanti, ibunya.
.
"kadang kami dapat uang 50 ribu sehari. kadang dapat lebih sedikit, tapi juga sering kurang. yang penting bisa sekolahkan anak," kata misianto, ayahnya, di rumah reotnya di sumur jurang, gunungpati, semarang.
.
Sejak remaja, firna membantu ayahnya. menyortir barang-barang bekas semisal botol, kardus, kertas, dan logam. dia tdk takut tangannya kotor dan tidak malu dilihat teman-temannya saat bergumul dengan onggokan sampah di depan rumahnya.
.
Di sela-sela kuliah dia juga masih melakukan pekerjaan serupa. ditambah dengan mengajar di paud, kerja di toko, dan menjadi penulis. firna masuk unnes lewat progran khusus bagi anak-anak pintar dari keluarga tidak mampu. pada tahun kedua kuliah dia dpt beasiswa 600 ribu sebulan. "saya tdk malu terlahir miskin. saya malah tertantang untuk bisa membuktikan bahwa orang miskin juga bisa meraih pendidikan tinggi," ujar firna.
.
Cita-cita firna adalah menjadi dosen dan mencari beasiswa s2 di singapura. pihak kampus berjanji akan membantunya. firna bertekad mengentaskan keluarganya dari jurang kemiskinan, "saya tidak mau bapak dan ibu menderita lagi..."
.
.
Semoga kisah diatas dapat menjadi inspirasi bagi kita semua | via @sahabat_islami
.
"tekadnya sangat kuat. kami selalu katakan ke firna agar tdk malu hidup pas-pasan, karena banyak atau sedikit rejeki yang kita terima semuanya dari Allah," kata siti suswanti, ibunya.
.
"kadang kami dapat uang 50 ribu sehari. kadang dapat lebih sedikit, tapi juga sering kurang. yang penting bisa sekolahkan anak," kata misianto, ayahnya, di rumah reotnya di sumur jurang, gunungpati, semarang.
.
Sejak remaja, firna membantu ayahnya. menyortir barang-barang bekas semisal botol, kardus, kertas, dan logam. dia tdk takut tangannya kotor dan tidak malu dilihat teman-temannya saat bergumul dengan onggokan sampah di depan rumahnya.
.
Di sela-sela kuliah dia juga masih melakukan pekerjaan serupa. ditambah dengan mengajar di paud, kerja di toko, dan menjadi penulis. firna masuk unnes lewat progran khusus bagi anak-anak pintar dari keluarga tidak mampu. pada tahun kedua kuliah dia dpt beasiswa 600 ribu sebulan. "saya tdk malu terlahir miskin. saya malah tertantang untuk bisa membuktikan bahwa orang miskin juga bisa meraih pendidikan tinggi," ujar firna.
.
Cita-cita firna adalah menjadi dosen dan mencari beasiswa s2 di singapura. pihak kampus berjanji akan membantunya. firna bertekad mengentaskan keluarganya dari jurang kemiskinan, "saya tidak mau bapak dan ibu menderita lagi..."
.
.
Semoga kisah diatas dapat menjadi inspirasi bagi kita semua | via @sahabat_islami