loading...
Perintah tembak di tempat yang diperintahkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ternyata efektif memberantas narkoba di negaranya. Bahkan pengguna, pengedar, dan bandar narkoba di negeri itu ketakutan. Saking takutnya diperkirakan sebanyak 500.000 pengedar dan pengguna menyerahkan diri kepada polisi.
Namun hal ini banyak dikritik di dalam negeri dan dunia internasional, karena keputusanya itu Duterte, Minggu (21/8), mengancam akan keluar dari PBB menyusul kritik organisasi itu terhadap perang melawan narkoba yang dikobarkannya.
Sejak berkuasa 30 Juni lalu, sudah 1.500 orang tersangka pengedar narkoba di Filipina tewas. Hal inilah yang memicu kritik dari PBB dan berbagai organisasi pembela HAM, demikian dikutip dari Instagram Indozone.
Duterte, mantan pengacara yang dikenal blak-blakan, berulang kali menegaskan agar PBB tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Filipina.
Tak hanya mengancam akan keluar dari PBB, Duterte juga menyebut jika perlu dia akan membentuk organisasi tandingan.
Pelapor khusus PBB Agnes Callamard pada pekan lalu mengatakan, langkah Duterte menjanjikan kekebalan hukum dan hadiah bagi anggota kepolisian yang bisa membunuh tersangka pengedar narkoba melanggar hukum internasional.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga pernah melontarkan kritiknya ketika dalam masa kampanye Duterte berjanji akan membunuh 100.000 pelaku kriminal dan membuang mayat mereka ke Teluk Manila untuk makanan ikan.
"Saya mengecam langkahnya mendorong pembunuhan ekstrayudisial, yang merupakan langkah ilegal dan melanggar prinsip dasar HAM dan kemerdekaan," kata Ban saat itu.
Mendapat kecaman langsung dari PBB tak membuat Duterte goyah, malah dia menyerang balik organisasi dunia tersebut.
Duterte kemudian merujuk pada foto anak kecil asal Suriah yang terduduk dalam ambulans dengan sekujur tubuh dipenuhi debu dan bercak darah di wajahnya.
Duterte menyebut, foto bocah Suriah itu merupakan bentuk dari tidak efektifnya PBB sebagai sebuah badan internasional.
Lebih jauh Duterte membandingkan dengan serangkaian penembakan yang dilakukan polisi AS yang tak menuai kritik apa pun dari PBB.
"Apa yang kalian pikir (polisi) Amerika lakukan terhadap warga kulit hitam? Dan apa kata para pengkritik?" tambah Duterte.
Duterte pun menyebut bahwa pada saat Filipina dihantam bencana alam seperti angin topan, PBB tak melakukan apa pun untuk negeri itu, termasuk melakukan upaya pengentasan kemiskinan.
Sejak Duterte berkuasa, dilaporkan sebanyak 665 orang tersangka pengedar narkoba tewas ditembak polisi dan 900 orang lainnya dibunuh orang tak dikenal.
Apakah hal ini bisa diterapkan di negeri ini? Memang terlihat kejam, tapi lebih kejam mana dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang telah mati karena narkoba ini. (wajibbaca.com)